APA ITU KECERDASAN EMOSIONAL?
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Emosi adalah bahan bakar yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran
yang tinggi. Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan
transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi untuk mengantisipasi dorongan
- dorongan keliru, untuk kemudian menyelaraskannya dengan proses kehidupan
dengan sentuhan manusiawi (Cooper dan Sawaf, dalam Ginanjar, 2005:280).
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu
emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam
emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate
(benci), Sorrow (sedih/duka),
Wonder (heran), Love
(cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage
(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan
kedua tokoh di atas, yaitu:
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel,
kesal hati
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri,
putus asa.
c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri.
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas,
riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f. Terkejut: terkesiap, terkejut
g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu: malu hati dan kesal
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa
semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau
bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang
kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai
kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik
akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan
kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan,
dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah
mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikan.
Bila didukung dengan rendahnya taraf
kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber
masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun
taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang
yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada
orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila
mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki
taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
BAGAIMANA
CARA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL?
Seperti
yang sudah disinggung di awal artikel ini, kecerdasan emosional bisa
dikembangkan melalui kelas-kelas pelatihan yang diadakan baik secara personal
maupun kolektif. Tapi, ternyata kecerdasan emosional juga berkembang seiring
meningkatnya usia kita.
Selain
itu, membaca karya sastra juga bisa membantu kita meningkatkan kecerdasan
emosional, karena memasuki karakter suatu tokoh bisa membangun rasa empati
kita. Terakhir, mendapatkan umpan balik dari orang sekeliling juga dapat
meningkatkan IE-mu.
Beberapa cara yang dipaparkan di
atas, ada beberapa yang juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan
emosional yang kami ambil dalam artikelnya Mocendink, yaitu:
a.
Mengenali
emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan
Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali
suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa
yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut,
sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian
b.
Melepaskan
emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan
kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda.
Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target
pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru
merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan
stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak
bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif
melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun
orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif
yang muncul.
c.
Mengelola
emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi
negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita
untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi
emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan
kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai
kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama
adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua
berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita
pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan
bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya.
d.
Memotivasi
diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk
mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi
perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk
berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam
segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif
dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
e.
Mengenali
emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti
kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan
ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti
terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam
berhubungan dengan manusia secara efektif.
f.
Mengelola
emosi orang lain
Jika ketrempilan mengenali emosi
orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan
mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang
lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun
atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan
mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat
mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang
kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau
organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi
kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
g.
Memotivasi
orang lain.
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah
kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain.
Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan
menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang
tangguh dan andal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar